x

Kota Manggar Ke-154, Bemule Bejaye Refleksi Sejarah yang Terlupakan?

4 minutes reading
Friday, 10 Oct 2025 05:33 1 97 BeltimNyamanBekawan

Manggar | Belitung Timur | Bangka Belitung | BeltimNyamanBekawan.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Kamis (9/10/2025), Kota Manggar—yang dulu pernah jadi pusat kejayaan timah di Timur Pulau Belitung—memasuki usia ke-154.

Di balik gemerlap seremoni dan barisan pejabat berbusana adat, peringatan Hari Jadi Kota Manggar (HJKM) menyimpan pertanyaan lebih dalam: sejauh mana kota ini benar-benar “bejaye” (berjaya), ataukah kita sekadar merayakan romantisme sejarah yang belum sepenuhnya dimaknai?

Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Belitung Timur (Beltim) digelar di Ruang Sidang Paripurna dengan kemegahan penuh nuansa budaya. Semua unsur Forkopimda, perangkat daerah, dan tokoh masyarakat hadir.

Acara dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Beltim, Fezzi Uktolseja, dengan didampingi Wakil Ketua Agus Firmansyah dan Dwi Nanda Putra. Tapi, di balik simbol-simbol formal itu, muncul pertanyaan penting: bagaimana kota yang dulu jadi denyut ekonomi timah kini berdiri di tengah tantangan zaman?

Dari Pusat Tambang ke Kota Dinamis : Refleksi Ketua DPRD

Dalam pidatonya, Fezzi menegaskan bahwa Hari Jadi Kota Manggar bukan hanya seremoni tahunan, melainkan refleksi sejarah panjang. Ia menggarisbawahi bahwa Manggar tidak lagi hanya identik dengan pertambangan, tetapi telah menjadi pusat kehidupan masyarakat multietnis yang dinamis.

See also  Mungkinkah Kamu Mengidap AvPD? Jika Merasa Takut Berinteraksi

“Seiring waktu, Manggar berkembang bukan hanya sebagai pusat kegiatan tambang, tetapi juga menjadi pusat kehidupan masyarakat yang majemuk dan dinamis,” ucapnya.

Namun, pernyataan tersebut patut diuji lebih jauh. Dalam investigasi kami, beberapa warga lokal menyebutkan bahwa keberagaman memang menjadi kekuatan, namun belum diimbangi dengan pemerataan pembangunan.

“Manggar berkembang, tapi hanya di pusat kota. Daerah pinggiran masih gelap saat malam dan minim akses air bersih,” ujar Fitri, warga Kelurahan Gantung.

Sejarah Dibingkai, Tapi Apakah Dipahami?

Penetapan 9 Oktober sebagai Hari Jadi Kota Manggar berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2017. Prosesnya, menurut Fezzi, melibatkan akademisi, sejarawan, hingga tokoh masyarakat. Namun, bagaimana partisipasi masyarakat dalam proses tersebut?

Saat BeltimNyamanBekawan.Com berbincang dengan salah satu CEO JSCgroupmedia & ArtaSariMediaGroup, Rajo Ameh, ia mengakui bahwa memang ada riset sejarah yang mendalam, namun distribusi hasil kajian itu tidak menyentuh masyarakat akar rumput. “Sejarah hanya diperingati, tapi belum dibumikan,” katanya.

Foto ; diskominfo

Tema “Manggar Bemule, Manggar Bejaye”: Filosofi atau Slogan?

See also  H-3 Jelang Lebaran 1446H, Laporan Pengaduan Terkait THR Mencapai 1.725 Pengaduan

Bupati Beltim, Kamarudin Muten, dalam pidatonya menyampaikan tema HJKM tahun ini: “Manggar Bemule, Manggar Bejaye”. Sebuah tema yang sarat makna filosofis—tentang awal mula dan harapan kejayaan.

“Manggar Bemule berarti awal mula, fondasi menuju perkembangan dan kemajuan, sedangkan Manggar Bejaye menggambarkan tekad untuk mencapai prestasi, keberhasilan dan kesejahteraan,” jelasnya.

Namun, sejumlah pengamat lokal menganggap tema ini belum dibarengi dengan langkah konkret. Indeks pembangunan manusia (IPM) Beltim masih berada di bawah rata-rata provinsi, sementara isu pengangguran dan ketergantungan pada sektor tambang belum sepenuhnya terpecahkan.

“Kalau ‘bejaye’, maka harus ada ukuran konkret. Apakah angka kemiskinan turun? Apakah anak-anak muda di Manggar punya pekerjaan yang layak? Itu parameter kejayaan,” ujar Rajo Ameh, yang juga pemerhati bidang sosial kemasyarakatan.

“BEDULANG”: Buletin atau Bentuk Transparansi?

Rangkaian peringatan ditutup dengan peluncuran buletin elektronik “BEDULANG”—yang digadang-gadang menjadi media informasi pembangunan daerah. Namun, apakah BEDULANG akan menjadi sarana transparansi atau sekadar bulletin seremonial?

See also  Hari Bhakti Adhyaksa, Kepala Kejari Beltim Terima Penghargaan dari Bupati

BeltimNyamanBekawan.Com mencoba mengakses edisi perdana BEDULANG melalui portal resmi Pemkab Beltim. Meski tampil menarik, isinya masih didominasi narasi keberhasilan pemerintah daerah tanpa rubrik kritik, masukan, atau partisipasi warga.

“Kalau buletin isinya satu arah, ya bukan transparansi. Harus ada ruang suara rakyat juga,” kritik Rajo Ameh, mantan wartawan profesional Babelpos dari JawaposGroup.

Manggar, Antara Sejarah dan Masa Depan

Hari Jadi ke-154 Kota Manggar memang patut dirayakan. Ini kota dengan sejarah panjang, warisan budaya kuat, dan identitas yang terbangun di atas peluh para penambang dan warga lintas etnis. Namun, sejarah tak boleh berhenti di seremoni.

Manggar Bemule, Manggar Bejaye—bukan sekadar tema, tapi seharusnya menjadi kompas arah pembangunan. Kini tinggal bagaimana pemimpin daerah menerjemahkannya ke dalam kebijakan inklusif, merata, dan partisipatif.

Karena jika tidak, maka Hari Jadi ini hanya akan menjadi panggung tahunan untuk berfoto bersama, tanpa benar-benar menyentuh denyut kehidupan warga Manggar sesungguhnya. | BeltimNyamanBekawan.Com | */Redaksi | *** |

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x